
3. MULTIMEDIA INTERAKTIF
Media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium, yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Maka dapat disimpulkan bahwa media merupakan wana penyalur informasi belajar (Djamarah dan Zain, 2010:120). Menurut Arsyad (2013:15) fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat abntu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh pendidik. Jadi dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah alat perantara untuk pemahaman makna dari materi yang disampaikan oleh pendidik. Melalui sarana atau alat tersebut dapat digunakan untuk memperlancar system pembelajaran sehingga menjadi efektif dan interaktif. Selain itu media pembelajaran juga digunakan untuk menyalurkan pesan, merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan peserta didik sehingga dapat mendorong kemampuan siswa dalam proses belajar.
Media belajar dapat berupa berbagai macam bentuk baik cetak maupun elektronik, berupa audio, visual, maupun audio visual. Salah satu media tersebut dapat berupa multimedia interaktif. Multimedia Interaktif merupakan alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan menarik untuk mencapai kompetensi atau sub kompetensi mata pelajaran yang diharapkan sesuai dengan standartnya (Riyana, 2007:5). Maka dengan adanya multimedia interaktif menjadi sarana siswa untuk dapat mengoptimalkan minat belajar melalui panca inderanya yang nanti akan berpengaruh terhadap struktur kognitif peserta didik secara tidak langsung. Pemebelajaran yang aktif tidak saja memungkinkan peserta didik melihat atau mendengar tetapi juga melakukan sesuatu.
Pencapaian tujuan pembelajaran yang tepat membutuhkan penggunaan media pembelajaran sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran. Adapun fungsi penggunaan multimedia interaktif dalam proses pembelajaran yakni :
1. Sebagai suplemen (Tambahan)
Dikatakan suplemen apabila pendidik atau peserta didik mempunyai kebebasan memilih akan menggunakan multimedia interaktif atau tidak. Apabila dirasa perlu dan kemudian memanfaatkan maka tentu akan memiliki tambahan pengetahuan atau wawasan
2. Sebagai komplemen (Pelengkap)
Dikatakan komplemen apabila multimedia tersebut diprogramkan untuk melengkapi atau menunjang materi pembelajaran yang diterima peserta didik di dalam kelas
3. Sebagai substitusi
Dikatakan substitusi apabila multimedia dapat menggantikan sebagian besar peran pendidik sehingga dapat dijadikan alternative model pembelajaran.
Multimedia interaktif merupakan kombinasi dari berbagai media yakni media yang berupa teks, gambar, grafik, sound, animasi, video, interaksi, dan lain-lain yang dikemas menjadi file digital yang digunakan untuk menyampaikan pesan kepada peserta didik. Sehingga akan membuat proses pembelajaran menjadi aktif, sebab ada stimulus dan respon yang dihasilkan antara keduanya. Adanya kegaitan tersebut akan membuat siswa memiliki peran aktif dalam belajar terhadap konten yang sedang dipelajari.
Mengembangkan multimedia interaktif perlu memperhatikan beberapa prinsip antara lain :
1. Materi relevan dengan tujuan
2. Materi yang cocok dengan media yang digunakan
3. Materi yang dipilih diperlukan banyak orang
4. Materi dikemas ke dalam multimedia dapat meningkatkan aktifitas proses belajar peserta didik secara individu dan pencapaian kompetensi (Ariani dan Hartanto, 2010 : 114)
Sebagai acuan atau landasan untuk mengembangkan multimedia perlu kiranya disesuaikan dengan kaidah pengembangan media pembelajaran yang mesti digunakan siswa. Sehingga siswa akan dengan mudah memahami suatu materi dari tampilan multimedia daripada peserta didik belajar tanpa multimedia. Secara tidak langsung maka proses belajar mengajar akan menjadi efektif, efisien dan interaktif yang berdampak pada pencapaian tujuan pembelajaran yang diinginkan.
4. PEMANFAATAN MULTIMEDIA DALAM PELAJARAN SEJARAH
Mata pelajaran sejarah memiliki arti strategis dalam pembentukan watak dan peradaban bangsa yang bermartabat serta dalam pembentukan manusia Indonesia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air (Hasan, 2013). Materi sejarah memberikan informasi mengenai keberhasilan dan kegagalan bangsa dalam menjawab tantangan zaman sehingga menjadi milik bangsa masa kini. Materi pendidikan sejarah mampu mengembangkan potensi peserta didik untuk mengenal nilai-nilai bangsa yang diperjuangkan pada masa lalu, mempertahankan dan disesuaikan untuk kehidupan masa kini, dan dikembangkan lebih lanjut untuk kehidupan masa depan.
Dalam rangka membangun memori kolektif bangsa materi sejarah tidak dapat dilepaskan dari korelasi sejarah local dan sejarah nasional. Memori kolektif sebagai bangsa diperoleh sebagai hasil belajar melalui identifikasi peserta didik terhadap peristiwa sejarah yang dipelajari. Disinilah letak peranan sejarah local dalam membangun nasionalisme. Materi sejarah seringkali dipahami parsial dan cenderung jauh dari peserta didik. Sehingga muncul rasa enggan untuk mempelajari peristiwa nasional sebab tidak memiliki arti penting secara langsung terhadap peserta didik (Priyadi, 2012 : 18). Namun apabila peserta didik memahami peristiwa local dan mengkorelasikannya terhadap peristiwa nasional maka pemahaman pentingnya memori kolektif dan rasa nasionalisme tersebut akan hadir dalam jiwa peserta didik. Ada beberapa factor yang menyebabkan munculnya jiwa kolektif tersebut dalam pemebelajaran sejarah yakni :
1. Identifikasi yang kuat terjadi apabila setiap peserta didik merasakan adanya keterwakilan nenek moyang dalam perjuangan membangun bangsa sejak zaman dahulu berdasarkan catatan sejarah yang tersedia
2. Periode keterwakilan muncul sejak perjuangan kebangkitan nasional sebab arah perjuangan yang jelas dan tegas dalam pembentukan Negara dan bangsa
3. Perlunya keseimbangan peristiwa sejarah yang dipelajari peserta didik antara peristiwa yang terjadi di wilayah tempat tinggalnya dengan peristiwa di daerah lain maupun yang memiliki sekup lebih luas
4. Peristiwa sejarah local dianggap memiliki prioritas untuk dipilih sebagai sejarah nasional yang memiliki arti penting
5. Organisasi materi pendidikan sejarah dimulai dari peristiwa yang terjadi di lingkungan terdekat peserta didik sampai ke tingkat yang lebih tinggi secara berkesinambungan
Berdasarkan pernyataan diatas, jelas bahwa materi sejarah local memiliki peran untuk membangun rasa nasionalisme pada peserta didik dengan syarat adanya keseimbangan materi sejarah local dan sejarah nasional (Priyadi, 2012 : 143). Sehingga materi tersebut memiliki arti penting bagi pembentukan identitas dalam diri siswa. Atas dasar apa yang telah dikemukakan jelas terlihat bahwa materi pendidikan sejarah sangat potensial bahkan esensial untuk mengembangkan pendidikan budaya dan karakter bangsa.
Sebagaimana diketahui, kurikulum 2013 menuntut peserta didik untuk memiliki minat belajar mandiri dalam mengembangkan kemampuan dirinya. Selain itu materi sejarah mengandung nilai nasionalisme, kepahlawanan dan membangun karakter siswa sebagai generasi penerus bangsa. Sejarah local tentunya merupakan pilihan materi yang cocok untuk dikembangkan dalam rangka memotivasi semangat belajar peserta didik. Kurikulum 2013 juga memberikan kewenangan kepada guru untuk mengembangkan silabus berdasarkan karakteristik local. Sehingga terdapat kesempatan bagi guru untuk mengembangkan materi sejarah local dalam Kompetensi Dasar yang telah ditetapkan pemerintah (Priskilla, 2018 : 42). Materi sejarah dapat diselipkan di dalam Kompetensi Dasar yang telah ada namun disesuaikan dengan tema materi sejarah local.
Namun dalam pembahasan materi sejarah local seringkali terdapat beberapa permasalahan umum seperti (Kusnoto dan Fandri, 2017) :
1. Sumber sejarah yang tidak memadai
2. Pemahaman guru akan pentingnya sejarah local
3. Urgensi materi sejarah nasional
4. Kurangnya waktu untu mengembangkan materi sejarah local
5. Peninggalan sejarah yang telah tergerus oleh zaman
6. Bentuk, geografis dan tata letak sumber sejarah yang telah jauh berbeda
Beberapa factor tersebut selayaknya tidak menjadi hambatan bagi tenaga pendidik untuk mengembangkan bahan ajar yang ada. Justru hambatan harus diubah menjadi tantangan agar peserta didik semakin tertantang untuk mempelajari materi sejarah. Terlebih di zaman yang penuh dengan kecanggihan teknologi, sejarah hendaknya juga melakukan integrasi ataupun dapat menggandeng teknologi sebagai alternative media pembelajaran.
Media pembelajaran khususnya multimedia interaktif memberikan banyak opsi elemen untuk dikembangkan oleh tenaga pendidik. Teknologi dalam pembelajaran sejarah akan memacu minat dan motivasi belajar siswa. Keseimbangan antara teknologi dan materi akan menjadikan siswa lebih kaya dalam banyak hal. Secara materi siswa akan diperkaya dengan pengetahuan local yang jarang mereka ketahui. Sehingga materi sejarah peserta didik akan lebih kaya. Jika materi teridentifikasi dengan baik oleh siswa bukan tidak mungkin rasa nasionalisme akan berkembang. Selain itu mata pelajaran sejarah akan memperoleh keuntungan dengan memberikan stigma positif kepada siswa sebagai pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan. Secara teknologi, siswa dibekali dengan keterampilan teknologi sehingga peserta didik dapat berkembang bersama kemajuan teknologi. Teknologi juga akan memotivasi siswa untuk terus maju dan berkembang dengan memperhatikan nilai-nilai sejarah yang dapat dikembangkan dengan tantangan zaman masa kini dan menentukan kebijakan dimasa yang akan datang.
5. KESIMPULAN
Sejarah merupakan mata pelajaran yang berpotensi untuk mengembangkan nasionalisme peserta didik. Stigma pembelajaran sejarah yang membosankan dan tidak menarik dapat dihapus dengan memberikan pembelajaran yang bermakna. Pembelajaran tersebut diperoleh dengan memanfaatkan media seperti multimedia interaktif dan materi seajrah local. Integrasi sejarah local dalam pembelajaran sejarah merupakan satu kesatuan yang saling melengkapi. Apabila keseimbangan materi sejarah local dan nasional dapat diidentifikasi dengan baik oleh siswa maka pembelajaran akan menjadi lebih bermakna. Multimedia interaktif akan menambah efektifitas, inovatif dan produktif bagi peserta didik. Segi positif lain dari adanya pemanfaatan multimedia interaktif dan materi sejarah local adalah meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa. Secara tidak langsung melalui pembelajaran seajrah yang menarik dan menyenangkan siswa diajak berfikir kritis, mampu mengidentifikasi, serta menumbuhkan rasa nasionalisme.
DAFTAR RUJUKAN
Abdullah, Taufik, (Ed.). 2005. Sejarah Lokal di Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Ariani, N dan Haryanto, D. 2010. Pembelajaran Multimedia di Sekolah : Pedoman Pembelajaran Inspiratif, Konstruktif dan Prospektif. Jakarta : PT Prestasi Pustaka
Arsyad, A. 2013. Media Pembelajaran. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Djamarah, B.S dan Zain A. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta
Hasan, H. 2012. Pendidikan Sejarah Untuk Memperkuat Pendidikan Karakter. Jurnal Paramita. Vol. 22
Kusnoto, Y dan Fandri M. 2017. Pembelajaran Sejarah Lokal. Jurnal Pendidikan Sosial. Vol 4, No 1
Priskilla, M. 2018. Pengembangan Multimedia Interaktif Berbasis Computered Assisted Instruction pada mata pelajaran sejarah kelas X SMA dengan Model Assure. Tesis. Universitas Jember
Priyadi, S. 2012. Sejarah Lokal, Konsep, Metode dan Tantangan. Yogyakarta: Ombak.
Riyana. A.S. 2011. Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Computer Untuk Mata Diklat Mengoperasikan Mesin CNC Dasar di SMK Negeri 2 Depok Sleman Yogyakarta. Tesis. Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta
Sirnayatin, T.A. 2017. Membangun Karakter Bangsa Melalui Pembelajaran Sejarah. Jurnal SAP, 312-321
Widja, I Gede. 1989. Sejarah Lokal Suatu Perspektif dalam Pengajaran Sejarah. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.